Kamis, 26 Januari 2012

Legends of The Flying Dutchma


The Legends
“I will round this Cape, even if I have to keep sailing until doomsday! (Aku akan selalu mengarungi semenanjung ini, walaupun harus tetap terus berlayar sampai hari kiamat menjelang!)” sumpah Kapten Hendrik Van der Decken, membahana mengalahkan amukan badai laut di perairan Cape of Good Hope (Tanjung Harapan), Afrika Selatan, pada suatu hari yang kelam di tahun 1641. Jeritan sumpah serapah di tengah keputusasaan itu membangkitkan sebuah legenda yang hingga kini masih menjadi misteri besar dalam dunia pelayaran.
Bernard Fokke yang berjuluk Hendrik “van der Decken” adalah kapten kapal salah satu kapal dagang dari armada Dutch East India Company (Vereenigde Oost-indische Compagnie – VOC), di abad 17. Ia dikenal sebagai kapten kapal yang temperamental, pemabuk dan suka bertingkah aneh. Namun kemampuan dan keterampilannya dalam berlayar sangat mengagumkan. Keahlian inilah yang membuat armada VOC memercayakan sebuah kapal dagang di bawah komandonya.
Kapal Tercepat
Kapten Van der Decken memang menyisakan catatan khusus dalam armada VOC. Ia adalah sosok legendaris. Satu-satunya kapten kapal armada VOC yang mampu melakukan pelayaran tercepat dari Batavia (Jawa) ke Holland (Belanda).
Di antara sesama pelaut, ia digosipkan telah bersekutu dengan dunia gaib, sehingga kapalnya bisa berlayar sangat cepat dan mampu mendahului jadwal pelayaran yang sudah ditentukan. Tak ada kapal lain di masanya yang mampu menandingi kecepatan kapal yang dinakhodai Van der Decken.
Suatu hari di tahun 1641, kapal yang dinakhodai Van der Decken dalam pelayaran pulang ke Holland dari Batavia. Memasuki perairan Tanjung Harapan, Afrika Selatan, cuaca berubah. Langit mendadak hitam, angin bertiup kencang dari tenggara. Dengan cepat badai mengamuk di perairan ujung selatan Afrika, membawa angin tenggara dari Samudera Hindia.
Van der Decken berupaya menyisir laut menghindari terjangan angin dan gelombang laut yang mulai meninggi. Namun dalam satu upaya, angin keras yang berhembus tiba-tiba langsung merobek kain layar kapal. Sementara terjangan gelombang dan arus merusak kemudi kapal. Kapal segera terombang-ambing dipermainkan badai.
Kutukan
Kapten Van der Decken sudah mengupayakan semua keahliannya. Berjam-jam ia dan seluruh kru kapal berupaya menaklukkan badai, namun upayanya sia-sia. Alam sedang mengamuk!
Bagai sebuah busa yang terapung di samudera luas, kapal besar bertiang tiga itu dipermainkan gelombang dan angin. Terkatung-katung tanpa daya. Di tengah keputusasaannya, Van der Decken pun menyumpahi langit dan bumi.
Menurut legenda, ia kemudian mengamuk dan menantang integritas Yang Maha Kuasa. Ia mengucapkan sebuah sumpah yang membangkitkan kekuatan kegelapan. Saat mendengar suara badan kapal menghantam karang, Van der Decken semakin menggila. Ia mengucapkan sumpah terakhirnya: “I will round this Cape even if I have to keep sailing until doomsday!” Dan sebuah kutukan pun terwujud.
Sejak itu kapal yang dinakhodai Van der Decken tidak pernah kembali ke Belanda. Dalam catatan pelayaran, ia juga tak pernah berlabuh di dermaga manapun di seluruh dunia. Catatan dokumen VOC di pertengahan abad 17 menyebutkan bahwa kapal itu dilaporkan hilang dalam pelayaran dari Batavia menuju Holland saat mengangkut rempah-rempah. Diduga tenggelam akibat badai di perairan Starndfontein, wilayah pantai Cape Town, Afrika Selatan.
Namun, selama tiga ratus enam puluh enam tahun sejak peristiwa itu, ratusan laporan mengalir dari ribuan saksi mata yang menyebutkan melihat penampakan kapal itu berlayar di sekitar Tanjung Harapan… kapal hantu yang kemudian melegenda sebagai Flying Dutchman!
Kapal Hantu di Tanjung Harapan
Musim panas bulat Maret 1939 di False Bay, kawasan pantai Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Sekitar 60 turis sedang berjemur di pantai Glencairn, sebuah pantai wisata berpasir putih di Cape Town. Udara panas siang itu memantulkan tabir uap air di atas lautan. Memberikan nuansa laut yang lain.
Tiba-tiba keasyikan menikmati panorama pantai terhenti manakala dari balik tabir uap air di lautan muncul sebuah noktah. Orang-orang mulanya tak menghiraukan, sampai akhirnya noktah itu semakin mendekat dan menampakkan wujudnya.
Puluhan pasang mata terpaku pada penampakan sebuah kapal kayu berukuran besar dengan tiga layar, melaju dekat pantai.
Tepuk tangan riuh dan keheranan berbaur dengan kegembiraan keenampuluh kepala yang menyaksikan pelayaran kapal kuno itu. Dengan kecepatan penuh, kapal itu melintas menuju Muizenberg walau angin tak berhembus kencang di kawasan itu. Setelah sekian lama terlihat, kapal terseubt kemudian hilang di gugus perairan berkarang.
Keenampuluh saksi mata itu kemudian ramai membicarakan penampakan kapal kuno itu. Tadinya mereka berpikir itu adalah bagian dari atraksi wisata, namun kemudian otoritas setempat mengatakan bahwa tak ada pelayaran (replika) kapal kuno abad 17 di kawasan itu. Dan kapal-kapal kayu jenis kapal dagang VOC model pertama sudah hampir seratus tahun tidak beroperasi lagi di perairan dunia.
Kesaksian enam puluh turis ini kemudian diberkaskan dalam dokumen bertanda X. Artinya sebuah fenomena yang tak terjelaskan. Para saksi mata yakin betul bahwa mereka telah melihat sebuah kapal dagang kuno, bertiang tiga, dengan buritan yang lebar dan tinggi, serta haluan yang menjorok dan lancip. Berlayar dengan kecepatan penuh di perairan Glencairn.
Penampakan Lain
Penampakan kapal hantu di Glencairn bukanlah yang pertama. Sebelumnya, sejumlah kesaksian tentang kemunculan kapal yang sama sudah beberapakali dilaporkan.

Sebuah laporan militer bertahun 1823, tercatat dokumen aneh dari log pelayaran kapal perang Angkatan Laut Inggris HMS Leven. Disebutkan bahwa kapal tempur ini melaporkan dua kali penampakan kapal misteirus di perairan Tanjung Harapan. Kapal tersebut modelnya sangat kuno dan mencoba membuka komunikasi. Namun karena berada di perairan berbahaya, Kapten Owen yang mengomando HMS Leven mengabaikan kapal misterius itu.
Pada 1835, R Montgomery Martin, melaporkan kapalnya berpapasan dengan kapal hantu dari abad ke-17 di sekitar perairan Afrika Selatan.
Menyusul pada 1879, kapal uap SS Pretoria mengubah arah pelayarannya setelah sejumlah besar penumpang dan kru kapal melihat cahaya tanda bahaya dari sebuah kapal misterius. Namun, saat didekati kapal itu ternyata tidak ada.
Pada 11 Juli 1881, kru kapal perang Angkatan Laut Inggris HMS Bacchante melaporkan penampakan kapal kuno abad 17. Saat itu kapal perang Inggris tersebut sedang berlayar di lepas pantai Afrika Selatan. Tiba-tiba sebuah kapal dagang berbendera VOC melintas di jalur pelayaran mereka di perairan Tanjung Harapan.
Saat itu Pangeran George V selaku perwira kapal (sebelum menjadi Raja Inggris) mencatat dalam log pelayaran mereka: sebuah kapal dengan lampu merah yang berkilau berlayar sangat dengan dengan gugus karang, sekitar 200 yard dari posisi kapal HMS Bacchante.
The British South Africa Annual pada 1939 dalam rilis mereka di sebuah suratkabar menyebutkan, sebuah kapal kuno misterius muncul mendadak di perairan pantai Glencairn. Kapal itu terlihat beberapa saat sebelum akhirnya menghilang tiba-tiba.
Catatan lain berasal dari dokumen Admiral Karl Doenitz yang mencatat bahwa sejumlah kru armada kapal selam U-Boat NAZI-Jerman pada masa Perang Dunia II, melaporkan penampakan kapal misterius. Saat menikmati plesir di pantai Afrika Selatan, mereka melihat sebuah kapal kuno abad ke-17 berlayar cepat di perairan dekat pantai. Namun kapal itu tiba-tiba menghilang di dekat gugus karang.
Pada 3 Agustus 1942, kapal perang Inggris HMS Jubilee yang dalam pelayaran menuju pangkalan militer di Simonstown, dekat Cape Town, mendeteksi sebuah kapal aneh. Pada pukul 9 malam, dua perwira kapal yang bertugas jaga (Davies dan Nicholas Monsarrat) melihat kapal aneh itu memendarkan sinar mendekati pantai.
HMS Junilee kemudian memberi kode pada kapal tersebut, namun tidak direspons. Kapal itu melaju dengan kekuatan penuh mendekati pantai walau angin tak bertiup. Jubilee kemudian bersiap melakukan penyergapan, namun kapal aneh itu tiba-tiba menghilang.
Sejumlah catatan penampakan lain juga masih menyisakan tanda tanya besar. Citra apa yang sebenarnya mereka lihat? Apakah kapal hantu The Flying Dutchman benar-benar nyata?
Antara Fiksi dan Kenyataan
Masih segar dalam ingatan tentang film box office bajaken of The Carribean: Dead Man’s Chest (2006) dan bajaken of The Carribean: At World’s End (2007). Dalam kedua film itu ada sebuah kapal yang bernama Flying Dutchman yang diadaptasi dari legenda kapal hantu Belanda. Namun film itu berbeda dengan kisah legenda kapal hantu yang tetap dikenang di Eropa.
Legenda kapal hantu ini sebenarnya berakar dari kisah dari Abad Pertengahan tentang seorang pelaut bernama Kapten Falkenburg. Sang kapten dikutuk untuk terus berlayar ke Laut Utara sampai hari kiamat. Hal itu terjadi akibat sumpahnya dan persekutuan dengan iblis yang dibayar dengan jiwanya. Sejak itu kapal sang kapten dilaporkan lenyap dari dunia nyata, namun tetap berlayar di lautan sebagai kapal hantu.
Legenda ini kemudian menggunakan karakter pelaut lain di abad 17. Seorang kapten kapal dagang VOC bernama Bernard Fokke yang dilaporkan hilang di perairan Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Fokke dikenal sesama pelaut atas kecepatan kapalnya yang luar biasa dalam pelayaran Holland (Belanda) ke Batavia (Jawa), melampaui kecepatan kapal-kapal di zamannya. Ia diduga melakukan persekutuan dengan iblis untuk memungkinkan bantuan setan mendorong kapalnya, demi meningkatkan kecepatan walau saat angin tak berhembus.
Namun Kapten Bernard Fokke yang berjuluk Hendrik “van der Decken” dilaporkan hilang di Tanjung Harapan pada 1641 bersama kapal dan seluruh krunya. Diduga ia dikutuk untuk terus mengarungi samudera sampai hari kiamat.
Legenda Flying Dutchman ini sangat menarik minat publik, bahkan sudah diramu menjadi novel, drama, dan opera. Penyair Inggris Samuel Taylor Coleridge mengadaptasinya dalam buku “The Rime of The Ancient Mariner” (1798). Lalu seorang komposer Jerman Richard Wagner mengadaptasi cerita tersebut dalam pertunjukan opera The Flying Dutchman (1843). Dan sejumlah literatur lain banyak yang terinspirasi dari legenda ini…
Misteri
Sementara itu dalam dokumen militer Belanda, Inggris dan Jerman, terselip laporan mengenai penampakan kapal aneh misterius yang disebut “Flying Dutchman” di sekitar perairan Tanjung Harapan. Bahkan di abad 21 penampakan itu masih juga terjadi.
Bukan hanya militer, ribuan laporan sipil juga mengacu pada kapal aneh yang sama.
Berdasarkan kesaksian dan laporan ini, sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa kemungkinan besar penampakan kapal itu hanyalah fenomena alam saja. Teori yang paling mengemuka adalah mengenai fenomena fatamorgana.
Prinsipnya begini: berdasarkan posisi pengamatan terhadap kapal hantu itu di siang hari, kemungkinan besar terjadi akibat bias udara panas. Saat panas begitu memuncak, laut akan memantulkan uap serupa gas yang membentuk tabir. Tabir uap ini bersifat transparan, namun bisa memantulkan dan membias bayangan obyek di kejauhan menjadi seolah dekat. Inilah fenomena fatamorgana.
Kemungkinan, Flying Dutchman yang dilihat orang dari pantai di siang hari terjadi akibat peristiwa ini. Artinya objek kapal dikejauhan seolah tercitra menjadi kapal besar samar yang tiba-tiba muncul di dekat pantai.
Namun teori ini disangggah, karena fatamorgana tak akan mampu mencitrakan bayangan obyek secara utuh. Dan fatamorgana biasanya hanya memengaruhi satu orang. Tetapi ada laporan 60 saksi mata pada tempat dan jam yang sama melaporkan satu penampakan yang sama, walau mereka diperiksa secara terpisah (peristiwa di Glencairn).
Seorang saksi mata dari antara 60 orang dalam penampakan di Gelncairn, Mrs Helene Tydell membuat pernyataan dalam interview: “Let the skeptics say what they will, that ship was none other than the Flying Dutchman.” (Terserah kaum skeptis mau bilang apa, tetapi kapal {yang kami lihat} tak lain tak bukan adalah Flying Dutchman).
Lagi pula kelemahan teori ini adalah, bagaimana sejumlah saksi mata (bahkan secara beramai-ramai) dari tahun dan abad yang berbeda, bisa memapar detail kapal tersebut? Gambaran para saksi mata ini jelas mengacu pada kapal yang sama…
Misteri Flying Dutchman tidak pernah terungkap hingga kini. Banyak yang percaya bahwa legenda ini memang benar-benar nyata. Mereka percaya ada kekuatan kegelapan yang misterius berbaur dalam fenomena ini…


Senin, 16 Januari 2012

7 Peristiwa Karamnya Kapal Laut Dengan Korban Terbanyak


1. MV Doña Paz, Jumlah Korban : 4.375 Orang


Doña Paz adalah kapal ferry penumpang yg tenggelam setelah bertabrakan dengan kapal tangker “Vector” pada tanggal 20 Desember 1987. Saat itu kapal sedang melakukan perjalanan dari kepulauan Samar – Filipina. Ketika berada di selat Tablas diantara pulau Mindoro dan Tablas kapal bertabrakan dengan kapal tangker “Vector” yg sedang membawa 8.800 barel minyak. Muatan dari kapal tangker itu langsung terbakar dan menyambar Doña Paz. Saking ganasnya api Doña Paz tenggelam hanya beberapa menit kemudian. Meskipun pernyataan resmi dari pihak berwenang jumlah penumpang adalah 1.568 org (meski kapasitas maksimum kapal hanya 1.518 org) tapi dari berbagai kesaksian korban selamat saat itu kapal benar-benar kelebihan muatan dan akhirnya diketahui jumlah korban tewas adalah 4.375 org. 21 org korban selamat karena bisa berenang menjauhi kapal dan tidak ada waktu untuk menurunkan sekoci penyelamat. Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa kru kapal tidak bisa memenuhi standar keamanan dan ijin pengoperasian kapal ternyata sudah habis. Musibah Doña Paz sampai saat ini menjadi kejadian kecelakaan laut terburuk dalam sejarah.





2. Halifax Explosion, Jumlah Korban : 1.950 Orang


Ledakan Halifax terjadi pada hari Kamis, 6 Desember 1917 saat kota Halifax, Nova Scotia-Kanada hancur lebur akibat ledakan dahsyat dari sebuah kapal kargo Prancis “Mont-Blanc” yang membawa muatan penuh berisi mesiu dan bahan peledak untuk militer. Kapal ini tertabrak kapal Norwegia “The Narrows” di salah satu bagian pelabuhan Halifax. Ledakan membunuh hampir 2000 org diakibatkan serpihan, api dan runtuhnya bangunan-bangunan di dalam radius 2 km dari lokasi kejadian. Diperkirakan sekitar 9.000 org terluka akibat peristiwa ini. Sampai sekarang ledakan tersebut masih memegang rekor sebagai ledakan konvensional terbesar yg dihasilkan oleh manusia. Saking hebatnya efek ledakan tersebut sampai menimbulkan tsunami yg kemudian menyapu pepohonan, membengkokkan rel kereta api, menghanyutkan rumah, mobil dan membawa serpihan-serpihan Mont-Blanc berkilo-kilometer jauhnya. Gambar diatas adalah situasi setelah terjadinya ledakan.





3. MV Joola, Jumlah Korban : 1.863 Orang


MV Le Joola adalah kapal ferry penumpang milik pemerintah Senegal yg tenggelam di dekat pantai wilayah Gambia pada tanggal 26 September 2002. Sebenarnya kapal ini berkapasitas 580 org tapi pada saat itu diperkirakan hampir 2000 orang yg berada diatas kapal. Panggilan radio terakhir dari kru kapal pada pukul 10:00 malam mengabarkan bahwa kondisi pelayaran berlangsung dengan baik. Seperti dalam film Titanic, para penumpang sedang asyik berpesta dan berdansa ditengah alunan grup band kapal. Sekitar pukul 11:00 malam kapal mulai memasuki wilayah badai di laut Gambia dan ditengah ombak besar dan angin kencang kapal tenggelam dengan cepat memuntahkan para penumpang dan muatannya ke tengah lautan. Laporan saksi mata menyebutkan bahwa kejadian ini hanya berlangsung selama 5 menit dan hanya satu sekoci penyelamat yg berhasil diturunkan dengan cuma 25 org penumpang selamat didalamnya.





4. Sultana, Jumlah Korban : 1.800 Orang


Kapal uap Sultana adalah kapal penumpang yg melayari sungai Mississippi, hancur dalam sebuah ledakan pada tanggal 27 April 1865. Peristiwa ini tercatat sebagai tragedi terburuk dalam dunia maritim di Amerika Serikat. Diperkirakan 1.800 dari 2.400 penumpang kapal terbunuh saat salah satu dari empat boiler (tungku pemanas) meledak, Sultana tenggelam tidak jauh dari Memphis – Tennessee. Sebagian besar penumpang adalah bekas tahanan dari pasukan Konfederasi yang dikirim kembali ke rumah mereka. Ledakan akibat kebocoran dan kurangnya perawatan dari tungku pemanas menyebabkan hancurnya separuh badan kapal dan batu bara panas yg beterbangan membakar habis sisa badan kapal.





5. RMS Titanic, Jumlah Korban : 1.517 Orang


RMS Titanic adalah sebuah kapal penumpang kelas berat yg dimiliki perusahaan pelayaran White Star Line. Pada tanggal 14 April 1912 dalam pelayaran perdananya , Titanic menabrak sebuah iceberg (gunung es) dan tenggelam 2 jam 40 menit kemudian. Pada saat pertama kali diluncurkan Titanic menjadi kapal uap penumpang terbesar di dunia. Titanic dibangun dengan teknologi paling baru pada masa itu dan diiklankan sebagai kapal yg “tidak akan bisa tenggelam” dalam brosur-brosur promosinya. Tragedi Titanic sangat mengguncang dunia karena disamping kapal yg “canggih” kru kapal jg terdiri dari orang-orang yg sangat berpengalaman, namun korban yg tewas masih sangat besar. Tragedi ini kemudian merubah hukum-hukum maritim di dunia dan penemuan bangkai kapal pada tahun 1985 semakin membuat musibah Titanic menjadi legenda sampai saat ini.







6. RMS Empress of Ireland, Jumlah Korban : 1.012 Orang


RMS Empress of Ireland adalah kapal penumpang lintas samudra yg dibuat pada tahun 1905-1906. Pada tanggal 28 Mei 1914 kapal ini berangkat dari Quebec-Kanada menuju Liverpool-Inggris mengangkut 1.477 penumpang dan awak kapal. Henry George Kendall adalah kapten kapal yg baru dipromosikan pada awal bulan dan saat itu pertama kali dia memimpin kapal melalui terusan dekat Pointe-au-Père - Quebec ditengah hadangan kabut tebal. Pada pukul 02:00 sebuah kapal Norwegia “Storstad” menabrak samping kapal. Storstad sendiri tidak tenggelam namun Empress of Ireland dengan kerusakan sangat parah pada bagian kanan lambung langsung dipenuhi air, terbalik dan tenggelam hanya dalam waktu 14 menit beserta 1.012 penumpang dan awaknya.







7. MS Estonia, Jumlah Korban : 852 Orang


MS Estonia sebelumnya bernama MS Viking Sally (–1990), MS Silja Star (–1991), dan MS Wasa King (–1993) adalah kapal ferry buatan Jerman tahun 1979. Musibah MS Estonia terjadi pada tanggal 28 September 1994 saat berlayar menyeberangi Laut Baltik dalam perjalanannya dari Tallinn-Estonia menuju Stockholm-Swedia. Saat itu kapal membawa 989 penumpang dan awak kapal. Pada pukul 01:00 tanda-tanda akan terjadinya musibah berawal dari bunyi-bunyi aneh akibat benturan logam dengan logam namun dari pemeriksaan pada “bow visor” (bagian ujung kapal yg bisa dibuka-tutup untuk masuknya barang atau kendaran ke dalam kapal) tidak terlihat adanya kerusakan. Pada pukul 01:15 bow visor diketahui terlepas dari ujung kapal sehingga membuat badan MS Estonia miring ke kanan. Pukul 01:20 terdengar sebuah suara lemah dari seorang wanita “Häire, häire, laeval on häire” bahasa Estonia dari “Alarm, alarm, alarm berbunyi di dalam kapal” melalui saluran pengeras suara. Beberapa saat kemudian baru terdengar tanda bahaya berbunyi dan prosedur menurunkan sekoci penyelamat mulai dilakukan. Sayangnya saat itu kapal sudah miring sekitar 30° - 40° ke kanan mengakibatkan hampir tidak mungkin bisa berjalan dengan aman di dalam tubuh kapal. Pintu dan aula berubah menjadi jebakan maut. Mereka yg berhasil selamat adalah orang-orang yg saat itu sudah berada diatas geladak kapal. Pesan “Mayday” dikirimkan awak kapal pada pukul 01:22, tapi pesan tersebut ternyata tidak sesuai dengan standard internasional. Karena kehabisan tenaga posisi kapal menjadi sulit diketahui dan memperlambat upaya penyelamatan. Dari total 989 penumpang dan awak kapal hanya 137 org yg bisa diselamatkan.












SEGITIGA BERMUDA

Segi Tiga Bermuda, juga dikenali sebagai Segi Tiga Syaitan ("Devil"), merupakan kawasan di barat laut Lautan Atlantik di mana sejumlah kapal terbang dan kapal telah hilang dalam apa yang dikatakan sebagai keadaan yang melampaui sempadan kesilapan manusia atau akibat matapetaka semula jadi. Sesetengah kehilangan tersebut telah disabitkan dengan paranormal, penggantungan hukum fizik, atau aktiviti oleh makhluk asing oleh budaya popular.[1] Sungguhpun terdapat banyak dokumen yang menunjukkan kebanyakan kejadian telah disalah lapor atau ditokok tambah oleh pengarang berikutnya, dan kebanyakan agensi rasmi telah mengeluarkan kenyataan rasmi bahawa jumlah kehilangan tidak dianggap menonjol menurut anggaran mereka, kebanyakan kehilangan kekal tidak dijelaskan sungguhpun penyiasatan mendalam dilakukan mengenainya.

Kawasan segi tiga

Kawasan segi tiga berbeza menurut pengarang.
Sempadan Segi tiga Bermuda berbeza menurut pengarang; sesetengah menyatakan bentuknya menyerupai trapezium menyelitupi Selat Florida, Bahamas, dan keseluruhan pulau Caribbean timur Azores; yang lain menambah Teluk Mexico kepadanya. Sempadan segi tiga yang lebih biasa ditulis dalam buku mempunyai titik sempadannya di pantai Florida Lautan Atlantik; San Juan, Puerto Rico; dan pulau Bermuda tengah Atlantik, dengan kebanyakan kejadian tertumpu kepada sempadan selatan sekitar Bahamas dan Selat Florida.
Kawasan ini merupakan salah satu laluan perkapalan yang tersibuk di dunia, dengan kapal melintasinya setiap hari untuk ke pelabuhan di Amerika, Europah, dan Kepulauan Caribbean. Kapal pelancongan turut banyak tersedia, dan kenderaan rehlah sering berulang-alik antara Florida dan kepulauan tersebut. Ianya turut merupakan laluan yang paling banyak dilalui oleh kapal terbang persendirian mahupun perdagangan yang menghala ke arah Florida, Caribbean, dan Amerika Selatan dari titik utara.
Arus lautan Arus Teluk mengalir melalui Segi tiga Bermuda selepas meninggalkan Teluk Mexico; arusnya sekuat lima hingga enam knot mungkin memainkan peranan dalam beberapa kehilangan. Ribut mengejut mampu dan pernah muncul, dan pada musim panas sehingga akhir musim luruh kadang-kala hurikan menghentam kawasan tersebut. Gabungan antara laluan laut sibuk dengan cuaca tidak menentu menjadikannya tidak mustahil kapal mampu karam dalam ribut dan tenggelam tanpa sebarang kesan – terutama sebelum teknologi komunikasi, radar, dan satelit dipertingkatkan pada akhir abad ke-20.[5]

[sunting] Sejarah cerita segi tiga Bermuda

Menurut pengarang segi tiga Bermuda, Christopher Columbus merupakan orang pertama merekodkan sesuatu yang ganjil dalam Segi tiga Bermuda, melaporkan bahawa dia dan anak kapalnya melihat "cahaya pelik menari-nari di kaki langit", api di langit, dan pada titik lain dia menulis mengenai bacaan kompas luar biasa di kawasan tersebut. Dalam buku lognya, bertarikh 11 Oktober 1492 dia menulis:
Seorang anak kapal telah ternampak tanah itu (Rodrigo de Triana), walaupun laksamananya pada pukul sepuluh petang itu sedang berdiri di biliknya (quarter-deck) nampak satu cahaya, tetapi sangat kecil satu benda yang beliau tidak dapat memastikan itu adalah tanah; memanggil Pero Gutiérrez (groom of the King's wardrobe) ia memberitahu Pero tentang cahaya yang dilihatnya, kemudian mengarahkan pandangan Pero ke arah cahaya itu, yang mana Pero juga telah terlihat; Pero kemudian membuat perkara yang sama kepada Rodrigo Sánchez of Segovia, yang telah di hantar oleh Raja dan Permaisuri bersama dengan skuadron, sebagai 'comptroller', tetapi dia tidak dapat melihatnya. Laksamana kemudian mengesahkan apa yang dilihatnye satu atau dua kali lagi, yang nampak seperti cahaya dari lilin bergerak ke atas dan ke bawah, yang mana sesetengah orang berpendapat ianya datang dari daratan. Laksamana bagaimanapun pasti yang kawasan daratan itu sudah hampir.
Penyelidik moden telah memeriksa buku log asal telah mengandaikan bahawa cahaya yang dilihatnya adalah api memasak orang asli Taino dalam kanoe mereka atau di pantai; bacaan kompas adalah akibat bacaan salah berdasarkan pergerakan bintang.
Rencana pertama mengenai lagenda segitiga bermuda mula muncul dalam akhbar ditulis oleh E.V.W. Jones pada 16 September 1950, melalui Associated Press. Dua tahun berikutnya, majalah Fate menerbitkan rencana pendek "Sea Mystery At Our Back Door" oleh George X. Sand pada isu Oktober 1952 mengenai kehilangan beberapa kapal terbang dan kapal, termasuk kehilangan Flight 19, sekumpulan lima kapal terbang pengebom Tentera laut Amerika Syarikat TBM Avenger dalam misi latihan. Rencana Sand adalah yang pertama meletakkan segi tiga yang kini biasa dilihat di mana kehilangan berlaku. Flight 19 sahaja dilapor dalam isu April 1962 Majalah American Legion. Rencana bertajuk "The Lost Patrol", oleh Allen W. Eckert, dan dalam ceritanya ia didakwa bahawa ketua penerbangan didengari berkata "We are entering white water, nothing seems right. We don't know where we are, the water is green, no white." It was also claimed that officials at the Navy board of inquiry stated that the planes "flew off to Mars." "The Lost Patrol" was the first to connect the supernatural to Flight 19, but it would take another author, Vincent Gaddis, writing in the February 1964 Argosy Magazine to take Flight 19 together with other mysterious disappearances and place it under the umbrella of a new catchy name: "The Deadly Bermuda Triangle";[6] he would build on that article with a more detailed book, Invisible Horizons, the next year. Others would follow with their own works: John Wallace Spencer (Limbo of the Lost, 1969); Charles Berlitz (The Bermuda Triangle, 1974); Richard Winer (The Devil's Triangle, 1974), and many others, all keeping to some of the same supernatural elements outlined by Eckert.[7]

[sunting] Penjelasan Kusche

Lawrence David Kusche, seorang penyelidik perpustakaan dari Universiti Negeri Arizona dan pengarang The Bermuda Triangle Mystery: Solved (1975) mencabar trend ini. Penyelidikan Kusche mendedahkan ketidaktepatan dan percanggahan antara kisah Berlitz dan kenyataan dari saksi, peserta, dan yang lain yang terbabit dalam kejadian asal. Dia mendapati bahawa di mana maklumat berkenaan tidak dilaporkan, seperti kehilangan pelayar mengelilingi duniaDonald Crowhurst, yang Berlitz bentangkan sebagai misteri, sungguhpun bukti jelas yang sebaliknya. Satu contoh lain adalah pengangkut bijih yang didakwa Berlitz sebagai hilang tanpa jejak tiga hari dari pelabuhan Atlantik apabila ia dilaporkan hilang selepas tiga hari dari pelabuhan yang sama nama di Lautan Pasifik. Kusche turut mendakwa bahawa peratusan besar dari kejadian yang mencetus pengaruh misteri Segi tiga sebenarnya berlaku jauh dari tempat itu. Sering kali penyelidikannya amat mudah: dia hanya meneliti akhbar masa itu dan melihat fakta seperti lapuran cuaca yang tidak pernah disebut dalam cerita tersebut.
Kusche membuat beberapa kesimpulan:
  • Jumlah kapal dan kapal terbang yang dilaporkan hilang di kawasan tersebut tidak terlebih besar, secara bandingan, dengan tempat lain di lautan.
  • Di kawasan sering dilanda ribut tropika, jumlah kehilangan yang berlaku di situ, bagi kebanyakan masa, tidak melampau, tidak bermistri; tambahan lagi, Berlitz dan penulis lain sering kali gagal melaporkan ribut sedemikian.
  • Jumlah yang dilaporkan juga dibesar-besarkan oleh penyelidikan tidak teliti. Bot yang dilaporkan sebagai hilang, tetapi akhirnya (sungguhpun lambat) kembali ke pelabuhan mungkin tidak dilaporkan.
  • Sesetengah kehiangan sebenarnya, tidak pernah berlaku. Satu kemalangan kapal terbang terhempas yang dikatakan berlaku pada 1937 di Pantai Daytona, Florida, di hadapan beratus-ratus saksi; pemeriksaan dengan akhbar tempatan tidak mebuah hasil.
Kusche menmbuat kesimpulan bahawa:
Lagenda Segi tiga Bermuda adalah misteri buata .. yang diteruskan oleh penulis yang secara sengaja atau tidak sengaja menggunakan salah faham, kesimpulan salah (faulty reasoning), dan sensationalism.[8]

[sunting] Pendapat lain

Syarikat insuran laut Lloyd dari London telah menentukan bahawa Segi tiga Bermuda tidak lebih bahaya berbanding kawasan laut lain, dan tidak mengenakan kadar bayaran lebih bagi laluan kawasan tersebut. Rekod Pengawal Pantai Amerika Syarikat mengesahkan keputusan mereka. Malah, jumlah yang dikatakan hilang tidak penting berbanding jumlah kapal dan kapal terbang yang melalui kawasan tersebut secara tetap.
Pengawal Pantai secara rasminya menolak kepercayaan mengenai Segi tiga Bermuda, mengambil kira bahawa mereka mengumpul dan menerbitkan, melalui penyelidikan mereka, banyak dokumentasi[9] menafikan kebanyakan kejadian yang ditulis mengenai penulis Segi tiga Bermuda. Salah satu kejadian seumpamanya membabitkan letupan 1972 dan tenggelamnya kapal tangki V.A. Fogg di Teluk Mexico, Pengawal Pantai merakamkan kapal pecah dan mengambil beberapa mayat [10] sungguhpun salah seorang pengarang segi tiga Bermuda mendakwa semua mayat hilang kecuali kapten, yang dijumpai di kabin masih memegang cawan kopi (Limbo of the Lost oleh John Wallace Spencer, edisi 1973).
Penyelidik yang mempertikai, seperti Ernest Taves dan Barry Singer, telah memberi perhatian bahawa misteri dan paranormal amat popular dan menguntungkan. Ini telah mendorong kepada pengeluaran sejumlah besar bahan mengenai topik tersebut seperti segi tiga Bermuda. Mereka mampu menunjukkan bahawa sesetengah bahan menyokong-paranormal sering kali mengeliru dan tidak tepat, tetapi ia masih tetap dipasarkan. Mereka dengan itu mendakwa bahawa pasaran condong kepada buku, TV khas, dsb. yang menyokong misteri Segi tiga dan menentang bahan penyelidikan terperinci sekiranya ia membawa sudut pandangan skeptik mengenainya.[11]

[sunting] Penjelasan semulajadi

[sunting] Hidrat Metana

Rencana utama: Hidrat metana
Taburan seluruh dunia mendakan yang mengandungi hidrat gas luar pantai yang disahkan atau dijangkakan, 1996.
Sumber: USGS
Gambar warna palsu Alur Teluk mengalir ke utara melalui Laut Atlantik barat. (NASA)
Penjelasan mengenai sesetengah kehilangan telah tertumpu kepada kewujudan sejumlah besar medan hidrat metana pada tebing benua. Ujian makmal yang dilakukan di Australia telah membuktikan bahawa buih sebenarnya mampu menenggelamkan model kapal berskala dengan mengurangkan ketumpatan air[12]; dan sebarang sampah yang timbul ke permukaan akan disebarkan dengan pantas oleh Arus Teluk. Ia telah dinyatakan secara hipotesis bahawa letupan metana berkala (kadang kala dikenali sebagai "gunung berapi lumpur") mungkin menghasilkan kawasan air berbuih yang tidak lagi mampu memberikan apungan yang mencukupi bagi kapal. Sekiranya ini berlaku, kawasan sedemikian yang terbentuk pada sekeliling kapal, mampu menenggelamkannya dengan pantas dan tanpa memberi apa-apa sebarang petanda.
Kapal terbang juga terdedah kepada sebarang perlepasan metana yang luar biasa. Sungguhpun metana adalah lebih ringan berbanding air, namun altimeter kapal terbang yang melalui kawasan itu tidak akan berfungsi baik, walaupun bacaannya menunjukkan bahawa kapal terbang itu lebih tinggi dari yang sebenarnya, menyebabkan timbul masalah pandu arah. (Altimeter mengukur tekanan, bukannya kepadatan udara.)
Satu kertas putih telah diterbitkan pada tahun 1981 oleh Kajian Geologi Amerika Syarikat berkenaan kemunculan hidrat di kawasan Blake Ridge, di luar pantai tenggara Amerika Syarikat.[13] Bagaimanapun, berdasarkan laman web Kajian Geologi A.S, dipercayai tiada kejadian pelepasan besar-besaran gas hidrat telah berlaku di Segi Tiga Bermuda sejak 15,000 tahun yang lalu.[14]

[sunting] Variasi kompas

Masalah kompas merupakan salah satu masalah yang disebut-sebut dalam kebanyakan kejadian di Segi Tiga Bermuda. Sesetengah penyelidik mencadangkan teori bahawa terdapat kepelikan magnetik tempatan di kawasan tersebut, bagaimanapun ia belum dibuktikan.

[sunting] Hurikan

Hurikan adalah ribut yang amat kuat yang berasal dari Atlantik berhampiran khatulistiwa, dan berdasarkan sejarah telah bertanggung jawab bagi kehilangan beribu-ribu nyawa dan kerosakan bernilai berbilion dolar. Penengelaman armada Sepanyol Francisco de Bobadilla pada 1502 merupakan rekod pertama mengenai kemusnahan hurikan. Pada 1988, Hurikan Gilbert, salah satu hurikan paling kuat dalam sejarah, memundurkan ekonomi Jamaika selama tiga tahun. [perlu rujukan] Ribut ini pada masa lalu menyebabkan beberapa peristiwa yang berkait dengan Segi Tiga Bermuda.

[sunting] Arus Teluk

Arus teluk merupakan arus laut yang berasal dari Teluk Mexico, dan merentasi Selat Florida, ke lautan Atlantik Utara. Pada asasnya, ia merupakan sungai di laut, dan sebagaimana sungai lain, ia mampu dan membawa objek terapung. Kapal terbang kecil yang mendarat di air atau bot yang mengalami kerosakan enjin akan di bawa lari dari kedudukan dilapurkannya oleh arus, sebagaimana yang berlaku kepada kruiser kabin (cabin cruiser) Witchcraft pada 22 Disember 1967, apabila ia melaporkan kerosakan enjin berhampiran boya penanda satu batu (1.6 km) dari pantai Miami , tetapi tidak kelihatan apabila bot Pengawal Pantai tiba di sana..

[sunting] Ombak gadang

Ombak amat besar mampu muncul secara rawak walaupun semasa laut tenang. Salah satu ombak gadang menyebabkan Ocean Ranger, sebuah pelantar minyak persisiran terbesar, terbalik pada 1982. Bagaimanapun, tidak terdapat sebarang sebab bagi ombak gadang berlaku lebih kerap di Segi Tiga Bermuda, dan penjelasan ini tidak menjelaskan misteri kehilangan kapal terbang.

[sunting] Perbuatan manusia

[sunting] Kesilapan manusia

Satu daripada alasan rasmi yang popular mengenai kehilangan kapal terbang atau kapal laut adalah disebabkan oleh kesilapan manusia. Sama ada disengajakan atau tidak, kesilapan manusia dikenal pasti sebagai penyebab kemalangan dan kehilangan yang dilaporkan di Segi Tiga Bermuda. Sebagai contoh, kesilapan manusia dikenal pasti sebagai punca kehilangan kapal tangki V.A. Fogg pada tahun 1972. Kedegilan juga menyebabkan ahli perniagaan Harvey Conover kehilangan kapal layarnya Revonoc ketika dia belajar dalam keadaan ribut di Florida pada 1 Januari 1958. Adalah diingatkan bahawa sebab-sebab kehilangan tidak dapat dijelaskan kerana bangkai kapal yang hilang tidak dijumpai untuk dikaji.

[sunting] Tindakan kemusnahan yang disengajakan

Perkara ini jatuh dalam dua kategori: perbuatan kerana perang, dan perbuatan lanun. Rekod-rekod berkenaan banyak kehilangan orang di dalam fail-fail musuh Amerika Syarikat telah diperiksa; sedangkan banyak penenggelaman telah dikatakan disebabkan oleh penyerang permukaan atau kapal selam semasa Perang Dunia dan didokumenkan di dalam buku log perintah, banyak yang lain yang disyaki termasuk dalam kategori itu masih tidak dapat dibuktikan; kehilangan USS Cyclops pada 1918 serta kapal-kapal saudaranya, Proteus dan Nereus, dalam Perang Dunia II disyaki ditenggelami oleh kapal selam tetapi sebarang hubungan itu tidak dapat dijumpai dalam rekod Jerman.
Melanun, sebagaimana ditakrifkan sebagai merampas kapal atau perahu di laut lepas, ialah suatu kejadian yang masih berlaku. Sedangkan melanun untuk merampas kargo adalah jauh lebih biasa di Lautan Pasifik dan Lautan India, penyeludup dadah juga merampas lancang peranginan untuk menjalankan kegiatan penyeludupan mereka dan mungkin terlibat dalam sesetengah kehilangan sekoci dan anak kapal di Laut Caribbean. Di Caribbean, kegiatan melanun merupakan suatu kegiatan yang biasa dari sekitar 1560 hingga 1760-an, dengan Edward Teach (Blackbeard) dan Jean Lafitte merupakan antara lanun yang termasyhur di laut itu dari segi sejarah. Lafitte kekadang juga dikatakan sendiri merupakan mangsa Segi Tiga.
Satu bentuk melanun yang lain dijalankan di darat. Lanun di pantai akan memancar cahaya untuk menunjukkan arah yang salah kepada kapal-kapal untuk mengakibatkan nahas kapal lalu merampas kargonya. Adalah mungkin juga bahawa lanun tersebut akan membunuh mana-mana anak kapal yang membantah. Nags Head, Carolina Utara, dinamai sempena amalan lanun untuk menggantung lantera pada kepala kuda yang kedua-dua belah kakinya diikat supaya kuda itu tidak lari semasa berjalan di pantai.

[sunting] Teori popular

Para penulis mengenai Segi Tiga banyak menggunakan teori kuasa ghaib untuk menjelaskan perkara yang terjadi. Satu teori menyalahkan peninggalan teknologi dari benua yang hilang iaitu Atlantis. Teori ini dikaitkan dengan batu timbul yang dikenali sebagai Jalan Bimini berdekatan dengan pulau Bimini di Bahamas, yang kebetulan terletak di dalam segi tiga mengikut pendapat sesetengah orang. Pengikut ahli psikik bernama Edgar Cayce mengatakan bukti kewujudan Atlantis ditemui pada tahun 1968 atau 1969 yang merujuk kepada penemuan Jalan Bimini. Mereka percaya kewujudan batu ini sebagai jalan, benteng atau struktur lain, walaupun ahli geologi menganggapnya sebagai satu fenomena semulajadi.[15]
Mereka yang lain pula mengaitkan kehilangan kapal dengan UFO. Idea ini digunakan oleh Steven Spielberg dalam filemnya Close Encounters of the Third Kind yang menggambarkan kehilangan Penerbangan 19 dengan penculikan makhluk asing.
Charles Berlitz, cucu kepada seorang ahli linguistik dan penulis buku fenomena beranomali, berpendapat kehilangan di Segi Tiga disebabkan oleh kuasa ghaib yang tidak dapat dijelaskan.

[sunting] Peristiwa-peristiwa terkemuka

[sunting] Flight 19

Rencana utama: Flight 19
Pesawat TBF Grumman Avenger milik Tentera Laut Amerika Syarikat, menyerupai Flight 19. Gambar ini banyak digunakan oleh ramai pengarang Segi Tiga Bermuda bagi menggambarkan Flight 19. (Tentera Laut A.S)
Flight 19 merupakan penerbangan latihan yang menggunakan pesawat pengebom TBM Avenger yang telah hilang pada 5 Disember, 1945 di atas perairan Lautan Atlantik. Mengikut tanggapan, penerbangan ini telah menempuh fenomena luar biasa dan bacaan-bacaan kompas yang janggal. Penerbangan ini dilakukan pada hari tenang dengan diketuai oleh seorang juruterbang yang berpengalaman, Lt. Charles Carroll Taylor. Tambah membingungkan, laporan pihak tentera laut berkenaan kemalangan ini dianggap "disebabkan atau punca tidak diketahui". Dipercayai, ibu Lt. Taylor mahu menyelamatkan reputasi anak lelakinya, jadi beliau telah membuat mereka menulis "punca-punca tidak diketahui" apabila sebenarnya Lt. Charles berada 50 km ke arah barat laut di mana beliau percaya kedudukan beliau pada ketika itu. [16]
Meskipun fakta-fakta asas versi cerita ini adalah sebenarnya tepat, beberapa perincian-perincian penting telah hilang. Cuaca mula bergelora di penghujung kejadian; hanya Taylor yang memiliki banyak pengalaman dalam penerbangan, akan tetapi beliau tidak biasa dengan kawasan selatan Florida dan memiliki sejarah sesat semasa dalam penerbangan, perkara ini berlaku sebanyak tiga kali semasa Perang Dunia II, dan terpaksa mendaratkan pesawatnya di air sebanyak dua kali; dan laporan dan rakaman bertulis pihak tentera laut berkenaan dengan perbualan di antara Taylor dan juruterbang-juruterbang lain dalam Flight 19 tidak membayangkan sebarang masalah magnetik.[16]

[sunting] Mary Celeste

Misteri peninggalan Mary Celeste pada 1872 sering kali dikaitkan dengan Segi tiga Bermuda tetapi ini tidak tepat kerana kapal ini ditinggalkan di persisiran Portugis. Banyak teori telah dikemukakan sepanjang tahun berlalu bagi menjelaskan peninggalan kapal, termasuk wasap alkohol dari kargo dan penipuan insuran. Kejaidan ini kemungkinannya dikelirukan dengan penenggelaman kapal yang nama serupa, Mari Celeste, di persisiran Bermuda pada 13 September 1864, yang disebut dalam buku Bermuda Shipwrecks oleh Dan Berg.

[sunting] Ellen Austin

The Ellen Austin supposedly came across an abandoned derelict, placed on board a prize crew, and attempted to sail with it to New York in 1881. According to the stories, the derelict disappeared; others elaborating further that the derelict reappeared minus the prize crew, then disappeared again with a second prize crew on board. A check of Lloyd's of London records proved the existence of the Meta, built in 1854; in 1880 the Meta was renamed Ellen Austin. There are no casualty listings for this vessel, or any vessel at that time, that would suggest a large number of missing men placed on board a derelict which later disappeared.[17]

[sunting] USS Cyclops

Rencana utama: USS Cyclops (AC-4)
Kemalangan ini menyebabkan kehilanggan jiwa yang terbesar dalam sejarah Tentera Laut A.S yang tidak berhubung kait dengan peperangan. Ia bermula apabila USS Cyclops dibawah arahan Lieutenant Commander G. W. Worley, hilang tanpa dapat dikesan bersama kira-kira 306 anak kapal pada 4 Mac 1918, selepas berlayar daripada Pulau Barbados. Teori kemungkinan ribut, karam dan aktiviti musuh mungkin menyebabkan peristiwa ini.[18][19]

[sunting] Theodosia Burr Alston

Rencana utama: Theodosia Burr Alston
Theodosia Burr Alston adalah anak kepada bekas Timbalan Presiden Amerika Syarikat Aaron Burr. Kehilangan beliau telah disebut sekali berkait dengan Segi Tiga Bermuda, di dalam The Bermuda Triangle oleh Adi-Kent Thomas Jeffrey (1975). Beliau adalah seorang penumpang kapal Patriot, yang berlayar dari Charleston, South Carolina ke New York City pada December 30, 1812, dan tidak lagi kedengaran selepas itu. Kegiatan lanun dan Perang 1812 dikaitkan sebagai penjelasan, juga teori yang mengatakan beliau ditempatkan di Texas, di luar daripada Segi Tiga Bermuda.

[sunting] Spray

Rencana utama: Spray (sailing vessel)
Kemahiran Kapten Joshua Slocum sebagai pelaut tidak dapat dipertikaikan lagi; dia merupakan orang pertama berlayar mengelilingi dunia seorang diri. pada 1909, dalam botnya kapal layar Spray dia mengambil haluan yang membawanya merentasi Caribbean ke Venezuela. Dia lenyap; tidak terdpat bukti langsung dia pernah berada dalan Segi tiga Bermuda apabila Spray hilang. Ia dipercayai bahawa dia dilanggar oleh kapal wap atau dihentam paus, dan Spray merupakan bot yang terlalu baik dan Slocum merupakan pelayar yang terlalu berpengalaman bagi punca lain untuk dianggap berlaku, dan pada 1924 dia secara rasmi diistiharkan sebagai mati. Sungguhpun misteri, tidak terdapat sebarang bukti bagi, atau menyangkal, aktiviti paranormal.

[sunting] Carroll A. Deering

Rencana utama: Carroll A. Deering
Schooner Carroll A. Deering, as seen from the Cape Lookout lightship on January 29, 1921, two days before she was found deserted in North Carolina. (US Coast Guard)
A five-masted schooner built in 1919, the Carroll A. Deering was found hard aground and abandoned at Diamond Shoals, near Cape Hatteras, North Carolina on January 31, 1921. Rumors and more at the time indicated the Deering was a victim of piracy, possibly connected with the illegal rum-running trade during Prohibition, and possibly involving another ship, S.S. Hewitt, which disappeared at roughly the same time. Just hours later, an unknown steamer sailed near the lightship along the track of the Deering, and ignored all signals from the lightship. It is speculated that the Hewitt may have been this mystery ship, and possibly involved in the Deering crew's disappearance.[20]

[sunting] Douglas DC-3

Rencana utama: Kehilangan NC16002
Pada 28 Disember, 1948, sebuah pesawat Douglas DC-3 bernombor NC16002, telah hilang semasa dalam penerbangan daripada San Juan, Puerto Rico ke Miami. Tiada kesan pesawat atau 32 orang penumpang di atas kapal pernah dijumpai. Berdasarkan dokumen yang disusun oleh penyiasatan Badan Penerbangan Awam, kunci pada kemungkinan kehilangan pesawat telah dijumpai, tetapi jarang disentuh oleh penulis-penulis Segi Tiga Bermuda: bateri pesawat telah diperiksa dan didapati memiliki cas yang rendah, tetapi ia telah diperintahkan dipasang semula pada pesawat tanpa dicas semula oleh juruterbang semasa berada di San Juan. Whether or not this led to complete electrical failure will never be known. However, since piston-engined aircraft rely upon magnetos to provide electrical power and spark to their cylinders rather than batteries, this theory is unlikely.[21]

[sunting] Star Tiger dan Star Ariel

These Avro Tudor IV passenger aircraft disappeared without trace en route to Bermuda and Jamaica, respectively. Star Tiger was lost on January 30, 1948 on a flight from the Azores to Bermuda. Star Ariel was lost on January 17, 1949, on a flight from Bermuda to Kingston, Jamaica. Neither aircraft gave out a distress call; in fact, their last messages were routine. A possible clue to their disappearance was found in the mountains of the Andes in 1998: the Star Dust, an Avro Lancastrian airliner run by the same airline, had disappeared on a flight from Buenos Aires, Argentina, to Santiago, Chile on August 2, 1947. The plane's remains were discovered at the melt end of a glacier, suggesting that either the crew did not pay attention to their instruments, suffered an instrument failure or did not allow for headwind effects from the jetstream on the way to Santiago when it hit a mountain peak, with the resulting avalanche burying the remains and incorporating it into the glacier. However, this is mere speculation with regard to the Star Tiger and Star Ariel, pending the recovery of the aircraft. It should be noted that the Star Tiger was flying at a height of just 2,000 kaki (610 m), which would have meant that if the plane was forced down, there would have been no time to send out a distress message. It is also far too low for the jetstream or any other high-altitude wind to have any effect.[22]

[sunting] KC-135 Stratotankers

On August 28, 1963 a pair of U.S. Air Force KC-135 Stratotanker aircraft collided and crashed into the Atlantic. The Triangle version (Winer, Berlitz, Gaddis) of this story specifies that they did collide and crash, but there were two distinct crash sites, separated by over 160 batus (260 km) of water. However, Kusche's research showed that the unclassified version of the Air Force investigation report stated that the debris field defining the second "crash site" was examined by a search and rescue ship, and found to be a mass of seaweed and driftwood tangled in an old buoy.

[sunting] SS Marine Sulphur Queen

SS Marine Sulphur Queen, kapal tangki T2 yang diubah suai dari pembawa minyak kepada pembawa belerang, kali terakhir dihubungi pada 4 Februari 1963 dengan anak kapal seramai 39 berhampiran Florida Keys. Marine Sulphur Queen merupakan kapal pertama disebut dalam Vincent Gaddis' 1964 rencana Argosy majalah, tetapi ia mengatakannya sebagai "belayar ketempat yang tidak diketahui"", sungguhpun lapuran Pengawal Pantai yang tidak hanya merekodkan sejarah penyelanggaraan kapal yang buruk, tetapi mengistiharkannya sebagai kapal yang tidak sesuai di laut dan tidak sepatutnya dibenarkan berlayar.[23][24]

[sunting] Raifuku Maru

Salah satu kejadian yang paling terkenal di Segi Tiga Bermuda berlaku pada tahun 1921 (beberapa pendapat mengatakan beberapa tahun selepas itu), apabila sebuah kapal Jepun Raifuku Maru (kadang kala disalah erti sebagai Raikuke Maru) went down with all hands selepas menghantar isyarat meminta bantuan yang berbunyi "Bahaya seperti pisau belati sekarang. Datang cepat!", atau "Ia seperti pisau belati, datang cepat!". Ini telah menyebabkan para penulis membuat spekulasi berkenaan perkataan "dagger", with a waterspout being the likely candidate (Winer). Dalam realitinya, kapal ini bukan berada berdekatan Segi Tiga Bermuda, dan perkataan "pisau belati" bukan merupakan sebahagian daripada panggilan meminta bantuan kapal ("Sekarang sangat bahaya. Datang cepat."); telah belayar daripada Boston menuju ke Hamburg, Jerman pada 21 April, 1925, kapal ini terperangkap dalam ribut teruk dan tenggelam di Atlantik Utara dengan kesemua anak kapalnya sementara sebuah kapal lain, RMS Homeric, telah mencuba melakukan usaha penyelamatan tetapi tidak berjaya.





 Sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Segi_Tiga_Bermuda